Jumat, 21 Oktober 2011

Daftar Gaji PNS

Setelah berita kenaikan gaji PNS beredar beberapa waktu lalu, sekarang sudah beredar pula daftar gaji setelah mengalami kenaikan 15%.
Seorang sarjana S1 yang baru jadi PNS biasanya masuk pegawai golongan IIIa. Beberapa tahun lalu, gaji golongan IIIa hanya sekitar 1,3 juta. Sekarang, PNS baru dengan pendidikan sarjana,  golongan IIIa gajinya menjadi 1,9 juta. Lumayan kan?
Ini baru gaji pokok lho, belum tunjangan, honor dkk. Berikut ini daftar kenaikan gaji PNS 2011
  • Pegawai Golongan I a dengan masa kerja 0 tahun Rp1.175.000
  • Pegawai Golongan I a dengan masa kerja 10 tahun Rp1.346.800
  • Pegawai Golongan I a dengan masa kerja 26 tahun Rp1.675.200
  • Pegawai Golongan II a dengan masa kerja 0 tahun Rp1.505.400
  • Pegawai Golongan II a dengan masa kerja 11 tahun Rp1.749.600
  • Pegawai Golongan II a dengan masa kerja 21 tahun Rp2.004.900
  • Pegawai Golongan II a dengan masa kerja 33 tahun Rp2.361.400
  • Pegawai Golongan III a dengan masa kerja 0 tahun Rp1.902.300
  • Pegawai Golongan III a dengan masa kerja 10 tahun Rp2.180.300
  • Pegawai Golongan III a dengan masa kerja 20 tahun Rp2.499.000
  • Pegawai Golongan III a dengan masa kerja 32 tahun Rp2.943.400
  • Pegawai Golongan IV a dengan masa kerja 0 tahun Rp2.245.200
  • Pegawai Golongan IV a dengan masa kerja 10 tahun Rp2.537.300
  • Pegawai Golongan IV a dengan masa kerja 20 tahun Rp2.949.400
  • Pegawai Golongan IV a dengan masa kerja 32 tahun Rp3.473.900
Untuk Pejabat eselon I, yaitu golongan IV d dan golongan IV e adalah:
  • Golongan IV d masa kerja 0 tahun Rp2.542.300
  • Golongan IV d masa kerja 10 tahun Rp2.913.900
  • Golongan IV d masa kerja 20 tahun Rp3.339.700
  • Golongan IV d masa kerja 32 tahun Rp3.933.600
  • Golongan IV e masa kerja 0 tahun Rp2.649.900
  • Golongan IV e masa kerja 10 tahun Rp3.037.100
  • Golongan IV e masa kerja 20 tahun Rp3.481.00
  • Golongan IV e masa kerja 32 tahun Rp4.100.000
Share

Rabu, 12 Oktober 2011

Tentang Sosrobahu

Penemu Teori Jembatan Konstruksi Sosrobahu

Ir. Tjokorda Raka Sukawati (lahir di Ubud, Bali pada 3 Mei 1931) adalah seorang insinyur Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu, yang memudahkan pembangunan jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat pembangunannya.
Tjokorda meraih gelar Insinyur bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung 1962, dan memperoleh gelar Doktor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun 1996.
Beliau meniti karir di PT. Hutama Karya yang bergerak dibidang jasa konstruksi dan infrasruktur, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Pekerjaan Umum (PU). Ketika menggarap proyek jalan layang antara Cawang dengan Tanjung Priok di Jakarta itulah teknologi Sosrobahu ditemukan.

Sebenarnya temuannya belum diuji secara khusus di laboratorium saat dipraktekkan. Namun ia merasa yakin temuannya bisa bekerja sesuai rumusan ilmiah yang ada. Bahkan sebelum temuannya dipraktekkan, beliau yang menganut agama Hindu yang taat itu menyempatkan diri bersembahyang di atas konstruksi itu. Ia terbilang nekad saat itu, dengan mengatakan bahwa ia bersedia mundur dari direktur PT. Hutama Karya kepada menteri Pekerjaan Umum saat itu, bila temuannya itu ternyata tidak bisa bekerja. Namun ternyata temuan Sosrobahu itu dapat bekerja sebagaimana mestinya tanpa kurang suatu apa pun.

Dia mengatakan bahwa temuan itu 80% atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa. Bahkan angka tekanan 78 kg/cm² yang ditetapkan dalam teknologi temuannya itu, sebenarnya angka misterius bagi beliau, entah dari mana saat itu beliau menetapkan angka wangsit itu, tetapi berhasil bahkan para insinyur Amerika Serikat yang mengerjakan jalan layang di Seattle begitu taat dengan ketetapan 78 kg/cm² itu. Belakangan, setelah diketahui di laboratorium yang kemudian dibangunnya sendiri itu, didapatkan hasil perhitungan berupa ketetapan sebesar 78,05 kg/cm². Persis sama dengan ketetapan angka wangsit tadi.

Di ujung karirnya di PT. Hutama Karya, Tjokorda terseret persoalan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang menimpa perusahaan konstruksi itu. Tjokorda harus berurusan dengan masalah commercial paper, hal yang asing bagi seorang insinyur seperti dirinya. Ia sempat berurusan dengan pengadilan. Kasus ini terkuat menyusul krisis finansial Asia yang membuat banyak perusahaan konstruksi terkena masalah.

Tjokorda Raka Sukawati, yang juga pendiri Fakultas Teknik Universitas Udayana, telah pensiun dari PT. Hutama Karya, namun masih tetap berkarya bahkan menghasilkan teknologi sosrobahu versi kedua yang lebih unggul soal kepraktisan dibandingkan versi sebelumnya. Kini beliau tinggal di kampung halamannya di Ubud, Bali dengan mengajar di jenjang Pascasarjana Bidang Teknik Sipil Universitas Udayana.

Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang dan ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.
Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan.


Latar Belakang

“ Kemacetan lalu lintas pada sebuah jalan bebas hambatan.”
Pada tahun 1980-an, Jakarta yang memang sudah mengalami kendala kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, PT. Hutama Karya mendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan by pass A. Yani di mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.
Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah mendapatkan order membangun jalan layang antara Cawang sampai Tanjung Priok sekitar tahun 1987. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (pier shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (pier head). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekesting) di bawah bentangan lengan itu, tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.


Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan dengan membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton. 
 
 
Inspirasi dari Dongkrak Hidrolik Mobil

Ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, hidung mobil Mercedes buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli secara tidak sengaja. Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak. Satu hal yang ia catat, dalam ilmu fisika dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser. Kejadian tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolik bisa dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan beton seberat 480 ton itu.
Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris tengah 20 cm yang dibuat sebagai dongkrak hidrolik dan ditindih beban beton seberat 80 ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak bisa turun ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut miring posisinya. Tjokorda kemudian menyempurnakannya. Posisinya ditentukan persis di titik berat lengan beton di atasnya.
Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama Hukum Pascal yang menyatakan: "Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak pelumas). Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak ada kebutuhannya.
Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di antaranya adalah jenis minyak yang digunakan yang tidak boleh rusak kekentalannya (viskositas). Urusan minyak menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk mengangkat beton yang berat itu.

 
Share